[Dayilmu.blogspot.com]
Prosesi dan Makna Upacara
sumber
:http://www.kaskus.us/showthread.php?p=472081050#post472081050
Tedhak Siten
Tradisi Mengenalkan Jati Diri
Tradisi Mengenalkan Jati Diri
Dalam adat tradisi Jawa ada
upacara yang disebut Tedhak Siten atau upacara dimana seorang anak untuk
pertama kali kakinya menginjak tanah.Tedhak Siten sering juga disebut
upacara turun bumi, upacara tersebut dilaksanakan ketika anak berusia
245(dua ratus empat puluh lima) hari atau tujuhlapan (7-8) bulan. Tradisi tedhak siten merupakan rangkaian upacara kelahiran adat Jawa. Upacara tedhak siten menggambarkan perjalanan hidup seseorang, berawal dari masih di dalam lindungan orang tua sepenuhnya (dikurung di kandang ayam), kemudian ketika dia sudah mulai bisa memobilitas dirinya sendiri (berjalan di atas jadah), dia akan mulai berjalan meniti tangga kehidupan (naik tangga) dan memilih jalan hidupnya sendiri (mengambil barang untuk dipilih). Umumnya pelaksanaan upacara tedhak siten dilaksanakan dihalaman rumah. Adapun alat-alat yang dibutuhkan seperti; Sesaji selamatan yang terdiri dari: nasi tumpeng dengan sayur mayur, jenang (bubur) merah dan putih, jenang boro-boro, dan jajan pasar lengkap. Juwadah (uli) tujuh macam warna yaitu merah, putih, hitam, kuning, biru, jambon (jingga), ungu. Serta sekar (bunga) setaman yang ditempatkan dalam bokor besar dan tanah. Alat lainya adalah tangga yang dibuat dari batang tebu merah hati. Sangkar ayam (kurungan ayam) yang dihiasi janur kuning atau kertas hias warna-warni. Padi, kapas, sekar telon (tiga macam bunga misalnya melati, mawar dan kenanga). Beras kuning, berbagai lembaran uang. Bermacam-macam barang berharga (seperti gelang, kalung, peniti dan lain-lain. Serta, barang yang bermanfaat (misalnya buku, alat-alat tulis dan sebagainya) yang dimasukkan ke dalam Sangkar. |
Prosesi dan Makna Upacara
1. Untuk prosesi upacara pertama
kali anak dibimbing oleh kedua orang tuanya berjalan (dititah) dengan
kaki menginjak-injak juwadah atau jenang yang berjumlah tujuh warna.
Jenang atau jadah yang terbuat dari ketan dan terdiri 7 warna
melambangkan unsur-unsur kehidupan di dunia ini yang kelak akan dilalui
oleh anak. Merah perlambang berani, Putih itu Suci, Hijau itu Alam semesta, Biru itu Langit, Kuning itu cahaya, Jingga itu Matahari dan Coklat itu melambangkan bumi. Juwadah 7 warna juga melambangkan agar anak kelak bisa menanggulangan berbagai kesulitan. Selesai itu, anak menginjak tanah sebagai perlambang pertama kalinya iya turun ke tanah. |
2. Tahap Kedua, anak tersebut
dinaikkan ke tangga yang terbuat dari tebu wulung atau tebu itam. Artinya agar ia mendapat kehidupan sukses dan dinamis setahap demi setahap. Maknanya adalah agar sang anak mantap menjalani kehidupannya kelak yang diharapkan kian lama kian tinggi , baik usia, karier, jabatan, rohani dan pendidikannya. Dari tangga teratas kemudian anak dibopong tinggi-tinggi oleh ayahnya dengan harapan ia akan sampai ke puncak yang tertinggi. Tangga “tebu” arti dalam bahasa Jawa anteping kalbu ketetapan hati dalam mengejar cita-cita agar lekas tercapai. |
3. Tahap ketiga, anak diajak
masuk ke dalam kurungan (kurungan di sini bermaksud untuk menjaga
konsentrasi si anak) dan memilih benda yg telah disiapkan sebelumnya,
dan benda yang dipilih tersebut menggambarkan apa yang akan dipilih oleh
si anak di masa depannya, sebagai contoh jika si anak memilih mainan
berbentuk alat kedokteran, maka di masa depan si anak akan menjadi
dokter.
Benda
yang pertama kali diambil sang bayi akan melambangkan kehidupannya
kelak. Seperti kalau si anak mengambil maina pesawat kelat si anak akan
menjadi pilot. Kurungan ayam dimaksudkan agar anak dapat masuk ke dalam
masyarakat luas dengan baik dan mematuhi segala peraturan dan adat
istiadat setempat.
|
4. Setelah selesai, beras kuning, biji-bijan dan bermacam-macam uang logam ditaburkan atau yang disebut ‘nyebar udhik-udhik’. Para undangan saling berebut uang merupakan tambahan acara yang meyemarakkan suasana. Makna lain dari prosesi ini adalah mencontohkan anak atau cucu agar kelak sang anak menjadi anak yang dermawan. |
5.
Setelah selesai memilih benda/barang, dilanjutkan dengan tahap ke lima,
yaitu si anak dimandikan dengan banyu gege yang melambangkan harapan
agar si anak dapat selalu segar dan tegar dalam menjadi hidupnya di masa
depan, dalam istilah jawa dikenal dengan gelis gedhe lan ilang sarap
sawane.
Selain
itu air yang dibuat mandi merupakan air yang telah diembunkan kemudian
pagi harinya di jemur matahari, atau istilahnya ‘banyu gege. Setelah
mandi, anak dikenakan pakaian baru yang bagus agar sedap dan
menyenangkan orang tua dan para undangan. Setelah berpakaian anak
didudukkan pada tikar, karpet atau lampit dan didekatkan pada
barang-barang yang tadi diletakkan didalam kurungan.
|
Demikian sekilas tentang upacara Tedhak Siten
atau upacara turun tanah sebagai salah satu kekayaan budaya, semoga
penjelasan singkat ini bermanfaat.
0 comments
Post a Comment
Mari tinggalkan komentar yang baik dan benar