[Dayilmu.blogspot.com]
Kalau Anda berdua ingin terus bersama, tentu saja yang dibutuhkan
adalah tim yang kuat sepanjang waktu, di saat terpuruk ataupun bahagia.
Seperti tim dalam olahraga, Anda berdua tak boleh menutup mata terhadap
kekuatan lawan. Anggap saja yang menjadi lawan adalah masalah, sehingga
selalu dicari cara-cara yang dapat mengalahkan masalah. Kiasannya, jika
Anda menghindari "penyakit", Anda justru tidak pernah tahu mana obat
yang tepat dan mujarab.
sumber
Seperti juga lingkungan
yang tercemar bila kita ceroboh karena tidak menjaganya, ternyata kita
juga bisa menciptakan racun untuk hubungan perkawinan kita lewat
perbuatan dan perkataan yang negatif. Padahal alih-alih mencemari,
harusnya kita malah merawatnya. Namun jangan lupa, untuk merawatnya juga
diperlukan terobosan-terobosan mengingat hubungan perkawinan bersifat
dinamis –yang tumbuh dan berubah– dengan pengalaman dan masalah baru.
Tidak dapat dielakkan bahwa setiap pasangan menginginkan hubungan
yang selalu sehat. Namun, meski Anda memutuskan menikah dengan
seseorang karena merasa banyak kesamaan, setiap orang pada dasarnya
unik. Itu sebabnya selalu saja ada konflik yang menyertai.
Bisa juga salah satu, atau bahkan Anda berdua merasa bosan
sehingga tidak lagi melakukan kegiatan-kegiatan bersama yang sebenarnya
justru dapat menyegarkan perkawinan. Apakah ini berarti Anda dan
pasangan sudah tidak saling peduli? Mungkin saja tidak, tetapi Anda
berdua tengah memasuki "area nyaman" perkawinan sehingga merasa tak
perlu lagi bekerja keras untuk membuat hubungan lebih romantis, lebih
mesra, dan lebih segar karena semuanya sudah berjalan sebagaimana
mestinya.
Anda dapat melihat dan mempelajari polusi-polusi yang dapat
memberi dampak negatif sekaligus cara membersihkannya agar mampu menjaga
hubungan perkawinan Anda selalu sehat.
1. Rasa Malas
Kemalasan adalah musuh
utama perkawinan. Seperti halnya kemalasan di sekolah atau di kantor
yang bisa membuat Anda terancam tidak lulus atau karier Anda terhambat,
kemalasan juga membawa konsekuensi buruk dalam perkawinan. Perilaku ini
membuat Anda hanya menjalaninya saja hingga Anda berdua lupa melakukan
hal-hal yang seharusnya bisa membuat perkawinan menjadi lebih mesra.
Secara alami, sejalan dengan usia perkawinan yang bertambah, Anda
sudah merasa nyaman berdua. Tapi tak banyak pasangan yang menyadari,
semakin banyak menghabiskan waktu berdua, sebenarnya semakin sedikit
kepedulian Anda pada hal-hal baru yang menyegarkan di luar sana yang
bila dilakukan justru bisa menyemarakkan perkawinan. Anda merasa sudah
"tahu sama tahu" sehingga entah lupa atau malas, tak lagi memikirkan
kejutan romantis atau tampil memikat untuk menarik perhatian pasangan.
Tak ada salahnya sih merasa nyaman dengan pola hubungan yang
sudah ada. Malah salah satu ciri perkawinan yang sehat adalah semua
pihak merasa aman dan nyaman satu sama lain. Tapi jika merasa nyaman
lantas terlena, Anda berdua tak lagi berusaha mencari cara-cara baru
untuk menyemarakkan cinta agar perkawinan selalu tersegarkan. Pada satu
titik, kenyamanan ini justru akan membuahkan kebosanan. Tak mustahil
jika ini terjadi masing-masing pihak mencari hal-hal baru yang lebih
segar. Bukan dari pasangannya, tapi justru mencari di luar rumah.
Sayang, kan?
Solusi:
Jika tampaknya polusi
malas mulai mencemari hubungan Anda, berarti sudah waktunya Anda dan
pasangan segera bangkit dan berlaku aktif! Buatlah hal-hal yang membuat
pasangan Anda tahu betapa Anda masih mencintainya dengan tulus dan
tergila-gila padanya. Sebaliknya, tunjukkan pula padanya bahwa Anda
menginginkannya, butuh perhatiannya dan ingin melakukan banyak hal
bersamanya. Carilah tempat yang dapat dinikmati bersama, seperti tempat
liburan favorit Anda berdua. Kalau selama ini Anda melakukan hobi
sendiri-sendiri, cari hobi baru yang bisa dilakukan dan dinikmati
bersama sehingga Anda berdua merasa semakin terikat satu sama lain. Tak
perlu melakukan hal-hal yang mewah atau spektakuler, sepanjang Anda
berdua seia sekata melakukannya demi membuat hubungan semakin segar dan
hidup.
2. Argumen
Bukan argumennya yang
menjadi racun, tapi bagaimana cara Anda berdua adu argumentasi ketika
terjadi perbedaan pendapat. Argumentasi merupakan hal wajar dan penting
karena sering kali justru dapat membuat Anda dan pasangan menjadi lebih
dekat. Beradu argumentasi merupakan proses pertukaran informasi dimana
salah satu pihak menolak informasi/pendapat dari pihak lain. Lewat
argumentasi, Anda dan pasangan belajar bahwa setiap orang sering kali
mempunyai perbedaan cara pikir. Masing-masing dapat menggunakan beda
cara pikir ini untuk dapat lebih memahami satu sama lain.
Lalu pada akhirnya saling menghargai juga menuntun kita
bertingkah laku lebih bijak di hadapan satu sama lain. Sayangnya,
kebanyakan argumentasi dilakukan dengan cara negatif, seperti saling
berteriak yang tujuannya semata-mata mengedepankan ego masing-masing.
Ujung-ujungnya, argumentasi yang seharusnya konstruktif dan menjadi
pengalaman belajar untuk mencari titik temu malah menjadi arena
pertengkaran yang tak berkesudahan.
Solusi:
Perlu diingat bahwa
berargumentasi bukan hal yang jelek dalam perkawinan. Tapi argumentasi
dalam perkawinan yang sehat bertujuan mencari titik temu dan kompromi
yang bisa menyenangkan semua pihak. Jadi, Anda berdua harus belajar,
ketika hendak berargumen, siapkan hati dan pikiran yang terbuka dengan
tujuan mencari solusi.
3. Penolakan
Penolakan adalah racun
yang sangat mengganggu perkawinan. Banyak dari kita yang seolah "buta"
bahwa hubungan dalam perkawinan tak lagi sehat. Kita berusaha mengelak
bahwa semuanya baik-baik saja, sehingga kita menutup diri terhadap apa
yang sebenarnya terjadi.
Hubungan dalam perkawinan, karena bersifat dinamis, selalu ada
pasang surutnya. Kadang muncul tantangan dan problem yang bisa saja
menyakitkan dan menimbulkan rasa marah. Tapi kalau kita menolaknya dan
berpikir semuanya oke, hal ini malah membuat hubungan menjadi lebih
buruk. Mengesampingkan masalah tidak akan membuatnya pergi. Malah akan
membuat masalah itu sendiri bertambah besar dan besar sampai hubungan
Anda benar-benar di ujung tanduk. Masalah dan tantangan akan selalu
muncul, tapi solusinya baru bisa dicari jika Anda berdua mengakuinya
bahwa memang ada.
Solusi:
Bersikaplah realitis dan
terimalah kenyataan bahwa masalah dan tantangan dalam perkawinan bisa
selalu muncul berbarengan dengan rasa cinta yang tetap melekat satu sama
lain. Menyadari hal ini dapat membantu Anda berdua lebih siap menerima
masalah yang tengah datang dan mencari solusinya.
sumber
0 comments
Post a Comment
Mari tinggalkan komentar yang baik dan benar