[Dayilmu.blogspot.com]
Imam Ibnul Jauzi berkata, ‘Abdulloh bin
Zaid bin Aslam telah menyampaikan kepadaku dari ayahnya dari kakeknya
yaitu Aslam, ia berkata, “Ketika aku bersama ‘Umar bin Khothtob
sedangkan beliau sedang melakukan pengawasan pada malam hari di
Madinah, maka beliaupun merasa lelah, lalu bersandar di
sisi sebuah dinding di
tengah malam.
Tiba-tiba ada seorang wanita yang berkata
kepada anak perempuannya, “Wahai anakku, ambillah susu itu, dan
campurlah dengan air!”
Anak perempuan itu menjawab, “Wahai
ibuku, apakah engkau tidak mengetahui apa yang telah ditetapkan
oleh Amirul Mukminin, pada hari ini?”
Sang ibu menjawab,
“Apakah yang telah ditetapkan oleh beliau, wahai
anakku?”
Anak itu menjawab, “Sesungguhnya beliau
telah memerintahkan seorang penyerunya, lalu dia
menyerukan bahwasanya susu tidak boleh dicampur dengan air.”
Sang
ibu menjawab, “Wahai anakku, ambillah susu itu dan campurlah dengan
air! Sesungguhnya engkau berada di suatu tempat yang mana ‘Umar
tidak melihatmu, demikian juga penyerunya tidak melihatmu!”
Anak
perempuan itu menjawab, “Wahai ibuku, Demi Allah, tidaklah aku
menaatinya di hadapan khalayak ramai, lalu aku
durhaka kepadanya ketika sedang menyendiri.”
‘Umar
mendengar semua itu. Maka beliau berkata, “Wahai Aslam, berilah tanda
pada pintu rumah itu dan ingat-ingatlah posisinya!”
Kemudian
beliau melanjutkan ronda malamnya. Ketika pagi hari, beliau berkata,
“Wahai Aslam, kamu pergilah ke tempat itu! Lihatlah siapakah wanita yang
mengatakan itu! Dan siapakah wanita yang diajak
bicara itu, apakah dia telah memiliki suami?”
Lalu aku (Aslam) mendatangi tempat tersebut dan melihatnya,
ternyata anak perempuan itu adalah seorang wanita yang tidak memiliki
suami (masih gadis), dan wanita yang menyuruhnya itu adalah ibunya, dan
keduanya tidak memiliki suami.
Lalu aku mendatangi ‘Umar bin Khothtob
dan memberitahukan tentang hal tersebut. Lalu ‘Umar memanggil anak
laki-lakinya, dan mengumpulkan mereka.
‘Umar berkata,
“Apakah di antara kalian ada yang
membutuhkan seorang wanita sehingga aku akan menikahkannya dengannya?
Sekiranya ayah kalian membutuhkan wanita, tentu tidak ada seorangpun di
antara kalian yang dapat mendahuluinya untuk mendapatkan wanita itu!”
‘Abdulloh berkata, “Aku telah memiliki istri.”
‘Abdurrohman
berkata, “Aku telah memiliki istri.”
‘Ashim berkata,
“Wahai ayahku, aku tidak memiliki istri, maka nikahkanlah aku
dengannya.”
Lalu beliau mengutus seseorang pada wanita
tersebut, dan menikahkannya dengan ‘Ashim. Dari ‘Ashim tersebut lahir
seorang anak perempuan, lalu wanita tersebut melahirkan seorang anak
perempuan, dan anak perempuan inilah yang kelak melahirkan ..........‘Umar
bin ‘Abdul ‘Aziz rohimahulloh.
Kemudian Imam
Ibnul Jauzi mengomentari tentang kebenaran riwayat tersebut dengan
mengatakan, “Demikianlah yang ada dalam riwayat al-Ajurri, aku tidak
tahu, dari siapakah kesalahannya. Yang benar adalah “Wanita itu
melahirkan seorang anak perempuan, lalu ia melahirkan ‘Umar bin ‘Abdul
‘Aziz. Demikianlah para ulama menisbatkannya, sebagaimana telah kami
sebutkan dari Muhammad bin Sa’ad dan lain-lain.”
(Siroh
wa Manaqib ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, al-Kholifah az-Zaahid, hal. 10-11,
karya Imam Ibnul Jauzi (w. 597 H), ta’liq dan syarah (dikomentari dan
dikoreksi) oleh Nu’aum Zarzur, Darul Kutub Ilmiyyah, Beirut, cet, 1,
1404/1984).
0 comments
Post a Comment
Mari tinggalkan komentar yang baik dan benar