[Dayilmu.blogspot.com]
Meski tak terlalu mengesankan seperti pusaran air di
Laut Sargasso. Namun para pelaut tahu fenomena menakjubkan tentang
pusaran jenis ini. Pusaran air ini terjadi dua kali sehari, di bagian
barat laut Laut Norwegia Kata 'maelstrom' dipopulerkan oleh Edgar Alan
Poe. Maelstrom adalah air yang berputar kuat dan besar. Permukaan air
dari pusaran lebihrendah puluhan meter dari permukaan air laut.
Kekuatannya puluhan kali lipat dari arus biasa.
Yang aneh, pusaran berubah arah berlawanan setiap tiga sampai empat bulan. Bisa terjadi di manapun, termasuk Segitiga Bermuda. Diyakini, pusaran berputar berlawanan arah jarum jam di belahan bumi utara dan searah jarum jam di bagian bumi selatan.
Lautan tak hanya indah dan
mengerikan jika ombak sedang bergulung-gulung,
sehingga kebanyakan manusia lebih memilih untuk mengaguminya dari pantai
dibanding melayari hamparan air birunya yang tak berujung. Selain kedua
hal tersebut, laut juga memiliki misteri dan fenomena
yang di antaranya bahkan belum dapat dipecahkan penyebabnya. Jika Anda
ingin tahu apa saja misteri tersebut, berikut datanya yang dikutip dari
situs berita Rusia, Pravda.
1. Segitiga Bermuda
1. Segitiga Bermuda
Nama ini merupakan
yang paling banyak disebut dalam beberapa dekade terakhir akibat
banyaknya kejadian mistrius di kawasan seluas jutaan kilometer persegi
dan berada di antara tiga wilayah itu, yakni Kepulauan Bermuda, Puerto
Rico, dan Fort Lauderdale.
Nama Segitiga Bermuda mulai beken ketika satu skuadron tempur yang terdiri atas lima pembom torpedo Angkatan Laut, hilang pada 5 Desember 1945. Hingga kini jasad 14 kru pesawat dan bangkai kapalnya tidak ditemukan. Menurut data, hingga kini setidaknya sudah 50 kapal dan pesawat yang dilaporkan hilang di wilayah itu.
Pada 1980-an, Segitiga Bermuda kehilangan reputasi mistisnya karena tidak lagi 'melahap' apapun yang melintas di atasnya. Namun demikian, sejumlah teori telah berupaya mengungkap misteri itu, baik dari segi pseudosains, paranormal, sampai UFO. Namun. Teori yang paling meyakinkan adalah yang dikemukakan Joseph Monaghan dari Monash University. Pada 2003, ilmuwan tersebut menulis artikel dalam American Journal of Physics. Judulnya, 'Bisakah Gelembung Metana Menenggelamkan Kapal?'
Menurut Monaghan, gelembung besar bisa terbentuk dari deposit metana padat -- yang dikenal dengan gas hidrat. Untuk diketahui gas metan bisa memadat di bawag tekanan besar di dalam laut. Deposit metana yang mirip es bisa pecah, berubah gas, dan menciptakan gelembung di permukaan air. Konsentrasi gas yang lepas bisa menyebabkan kerusakan alat elektronik pada pesawat juga kapal. Tak hanya itu, kapal bisa tenggelam di lokasi tersebut karena pengurangan kepadatan (densitas) air secara mendadak.
Fenomena lain di Segitiga Bermuda disebut Flying Dutchman - lenyapnya awak kapal secara misterius. Teori ilmiah ditawarkan untuk menjelaskan dari hilangnya para pelaut itu. Yakni infrasonik. Beberapa ilmuwan yakin, infrasonik itu ditimbulkan gelembung gas metana saat naik ke permukaan.
Getaran infrasonik memicu resonansi berbahaya di jantung dan pembuluh darah. Saat itu, manusia yang terkena bisa terserang panik. Ini mungkin yang membuat para pelaut panik dan melompat ke luar kapal - untuk melepaskan diri dari perasaan aneh yang menimpanya.
Bagaimanapun, tak ada satupun teori yang menjelaskan, mengapa pada pertengahan tahun 1980-an, Segitiga Bermuda berhenti melahap kapal dan pesawat. Mungkin karena kemajuan teknologi pesawat dan kapal.
2. Laut Sargasso
Nama Segitiga Bermuda mulai beken ketika satu skuadron tempur yang terdiri atas lima pembom torpedo Angkatan Laut, hilang pada 5 Desember 1945. Hingga kini jasad 14 kru pesawat dan bangkai kapalnya tidak ditemukan. Menurut data, hingga kini setidaknya sudah 50 kapal dan pesawat yang dilaporkan hilang di wilayah itu.
Pada 1980-an, Segitiga Bermuda kehilangan reputasi mistisnya karena tidak lagi 'melahap' apapun yang melintas di atasnya. Namun demikian, sejumlah teori telah berupaya mengungkap misteri itu, baik dari segi pseudosains, paranormal, sampai UFO. Namun. Teori yang paling meyakinkan adalah yang dikemukakan Joseph Monaghan dari Monash University. Pada 2003, ilmuwan tersebut menulis artikel dalam American Journal of Physics. Judulnya, 'Bisakah Gelembung Metana Menenggelamkan Kapal?'
Menurut Monaghan, gelembung besar bisa terbentuk dari deposit metana padat -- yang dikenal dengan gas hidrat. Untuk diketahui gas metan bisa memadat di bawag tekanan besar di dalam laut. Deposit metana yang mirip es bisa pecah, berubah gas, dan menciptakan gelembung di permukaan air. Konsentrasi gas yang lepas bisa menyebabkan kerusakan alat elektronik pada pesawat juga kapal. Tak hanya itu, kapal bisa tenggelam di lokasi tersebut karena pengurangan kepadatan (densitas) air secara mendadak.
Fenomena lain di Segitiga Bermuda disebut Flying Dutchman - lenyapnya awak kapal secara misterius. Teori ilmiah ditawarkan untuk menjelaskan dari hilangnya para pelaut itu. Yakni infrasonik. Beberapa ilmuwan yakin, infrasonik itu ditimbulkan gelembung gas metana saat naik ke permukaan.
Getaran infrasonik memicu resonansi berbahaya di jantung dan pembuluh darah. Saat itu, manusia yang terkena bisa terserang panik. Ini mungkin yang membuat para pelaut panik dan melompat ke luar kapal - untuk melepaskan diri dari perasaan aneh yang menimpanya.
Bagaimanapun, tak ada satupun teori yang menjelaskan, mengapa pada pertengahan tahun 1980-an, Segitiga Bermuda berhenti melahap kapal dan pesawat. Mungkin karena kemajuan teknologi pesawat dan kapal.
2. Laut Sargasso
Banyak orang
menyamakan Laut Sargasso dengan Segitiga Bermuda. Padahal perairan ini
terdapat di tenggara Segitiga Bermuda di Samudera Atlantik. Ada beberapa
keunikan di wilayah ini. Samudera bergerak searah jarum jam, tedapat
banyak alga Sargassum di dalamnya.
Laut ini memiliki pusaran raksasa yang memiliki aturannya sendiri. Temperatur di luar pusaran jauh lebih tinggi dari bagian luarnya. Sejumlah orang yang berlayar di sana mengaku melihat fatamorgana: misalnya, Matahari terbit di Timur dan Barat dalam waktu bersamaan.
Richard Sylvester dari University of Western Australia berpendapat, pusaran raksasa Sargasso bersifat sentrifugal -- yang lantas menciptakan pusaran kecil yang mencapai wilayah segitiga bermuda. Pusaran kecil ini menimbulkan siklon mini di udara -- cukup kuat untuk mencelakakan sebuah pesawat kecil.
3. Laut Setan (Devil's Sea)
Laut ini memiliki pusaran raksasa yang memiliki aturannya sendiri. Temperatur di luar pusaran jauh lebih tinggi dari bagian luarnya. Sejumlah orang yang berlayar di sana mengaku melihat fatamorgana: misalnya, Matahari terbit di Timur dan Barat dalam waktu bersamaan.
Richard Sylvester dari University of Western Australia berpendapat, pusaran raksasa Sargasso bersifat sentrifugal -- yang lantas menciptakan pusaran kecil yang mencapai wilayah segitiga bermuda. Pusaran kecil ini menimbulkan siklon mini di udara -- cukup kuat untuk mencelakakan sebuah pesawat kecil.
3. Laut Setan (Devil's Sea)
Ini adalah wilayah di
Pasifik, sekitar Pulau Miyake - 100 kilometer Selatan Tokyo. 'Saudara'
Segitiga Bermuda ini tidak bisa ditemukan di peta manapun, namun para
pelaut memilih untuk menghindarinya. Badai bisa muncul secara tiba-tiba
dan menghilang sama mendadaknya. Paus, lumba-lumba, bahkan burung tak
hidup di wilayah itu. Sembilan kapal menghilang dalam waktu lima tahun
pada tahun 1950-an. Yang paling terkenal adalah menghilangnya Kaiyo Maru
No.5, kapal riset Jepang.
Laut Setan berada di kawasan seismik yang sangat aktif. Lantai laut bergerak konstan. Pulau vulkanik muncul dan menghilang secara reguler. Wilayah ini juga diketahui sangat aktif aktivitas siklonnya.
4. Tanjung Harapan
Laut Setan berada di kawasan seismik yang sangat aktif. Lantai laut bergerak konstan. Pulau vulkanik muncul dan menghilang secara reguler. Wilayah ini juga diketahui sangat aktif aktivitas siklonnya.
4. Tanjung Harapan
Daerah ini juga
dikenal sebagai Tanjung Badai. Kapal-kapal besar tenggelam dalam kurun
waktu ratusan tahun. Sebagian besar kapal hancur karena cuaca buruk,
khususnya ombak mematikan, atau 'cape roller'. Para ilmuwan
menyebutnya gelombang soliter -- yang tingginya bisa mencapai 30
meter, sejatinya terdiri dari dua ombak yang bergabung menjadi satu.
Gelombang raksasa itu menciptakan rongga besar, yang tingginya hanya sedikit lebih rendah dari gelombang itu. Meski fenomena ombak ini bisa terjadi di laut lainnya, namun area di Tanjung Harapan yang paling bahaya.
5. Bagian Timur Samudera Hindia dan Teluk Persia
Gelombang raksasa itu menciptakan rongga besar, yang tingginya hanya sedikit lebih rendah dari gelombang itu. Meski fenomena ombak ini bisa terjadi di laut lainnya, namun area di Tanjung Harapan yang paling bahaya.
5. Bagian Timur Samudera Hindia dan Teluk Persia
Daerah ini dikenal
fenomena yang sangat mengesankan dan misterius: lingkaran cahaya
raksasa yang berputar-putar di permukaan air.
Ahli kelautan Jerman, Kurt Kahle percaya, fenomena itu adalah akibat dari gempa bawah laut, yang menimbulkan pendaran plankton. Lalu timbul gerakan seperti putaran roda. Namun, hipotesis ini menuai kritik akhir-akhir ini karena belum mampu menjelaskan transformasi lingkaran cahaya secaralogis. Sains modern juga belum mampu menjelaskan bentuk lingkaran sempurna obyek tersebut. Karenanya, muncul teori baru yang sebenarnya lebih tak masuk akal: UFO.
6. Pusaran air (maelstrom)
Ahli kelautan Jerman, Kurt Kahle percaya, fenomena itu adalah akibat dari gempa bawah laut, yang menimbulkan pendaran plankton. Lalu timbul gerakan seperti putaran roda. Namun, hipotesis ini menuai kritik akhir-akhir ini karena belum mampu menjelaskan transformasi lingkaran cahaya secaralogis. Sains modern juga belum mampu menjelaskan bentuk lingkaran sempurna obyek tersebut. Karenanya, muncul teori baru yang sebenarnya lebih tak masuk akal: UFO.
6. Pusaran air (maelstrom)
Yang aneh, pusaran berubah arah berlawanan setiap tiga sampai empat bulan. Bisa terjadi di manapun, termasuk Segitiga Bermuda. Diyakini, pusaran berputar berlawanan arah jarum jam di belahan bumi utara dan searah jarum jam di bagian bumi selatan.
0 comments
Post a Comment
Mari tinggalkan komentar yang baik dan benar