.

Hollow Earth (Bumi Kita Berlubang)

Bumi ini terlalu besar bagi kita, tidak semuanya kita jelajahi. Tapi kita sudah mempelajarinya sejak SD bahwa bumi ini bulat dan di dalamnya hanya terdapat magma panas. KLIK JUDUL UNTUK MELANJUTKAN.

Awas! Virus Baru Curi Uang Anda di Bank

Beredar versi baru dari software ‘trojan horse’ yang mampu mencuri uang Anda. Menyeramkannya, tak hanya itu, virus ini mampu membuat pernyataan bank palsu yang meyakinkan. KLIK JUDUL UNTUK MELANJUTKAN.

7 Kejahatan Paling Tidak Dihiraukan di Indonesia

Hukum di negara kita ini memang sunguh aneh hukum hanya tajam kepada rakyat kecil tumpul jika yang di hadapi orang yang memiliki kekuasan dan kekayaan. KLIK JUDUL UNTUK MELANJUTKAN BACAAN.

Fakta Besar Tentang Ka'bah Yang Coba Disembunyikan Dunia

Ka’bah, rumah Allah sejuta ummat muslim merindukan berkunjung dan menjadi tamu - tamu Allah sang maha pencipta. KLIK JUDUL UNTUK MELANJUTKAN.

Persiapan penyelamatan BUMI

Alat-alat dibawah ini berguna untuk "menyelamatkan" SDA yg tidak dapat diperbaharui,seperti Minyak Bumi. yang biasanya digunakan sebagai tenaga untuk membangkitkan Energi Listrik.KLIK UNTUK MELANJUTKAN

Media Patner

Dayilmu.blogspot.com Dayilmu.blogspot.com Dayilmu.blogspot.com Dayilmu.blogspot.com Dayilmu.blogspot.com
Selamat Datang Para Pembaca Dayilmu, terima kasih sudah berkunjung. Bagi kami kalian adalah tamu istimewa yang mau mampir di blog ini, Follow @Dayat_mc untuk bicara seputar dayilmu.

Friday 30 March 2012

Santosa Doellah Sang Empu Batik




Solo Santosa Doellah memiliki keahlian mencipta pola dan terobosan-terobosan dalam seni batik. Karena itulah dia diakui sebagai sosok yang mumpuni di bidang tersebut. Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta pun memberikan anugerah kepada Santosa sebagai empu seni batik.

Pengukuhan Santosa sebagai empu batik dilaksanakan di Pendopo ISI Surakarta di Jalan Ki Hajar Dewantoro, Solo, Rabu (29/2/2012). ISI Surakarta yang sebelumnya bernama Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta juga pernah mengangkat beberapa seniman sepuh sebagai empu di berbagai bidang, misalnya empu karawitan, empu tari, empu seni rupa, dan sebagainya.

"Saya sangat bangga sekali," ujar Santosa usai acara pengukuhan tersebut.

Meski Bangga, namun dia selama ini bekerja karena kecintaan pada pelestarian dan pengembangan dunia batik. Santosa mengaku tidak ada pamrih untuk mendapat penghargaan apalagi gelar-gelar tertentu dari usahanya itu.

"Saya sangat berterima kasih dan semoga bisa mengemban tugas dengan baik," sambung pria kelahiran Solo, 7 Desember 1941, itu.

Santosa juga menyambut baik rencana ISI Surakarta membuka program studi (prodi) seni batik. Dengan adanya program studi khusus, dia berharap batik bisa berkembang lebih positif.

"Kalau tidak memiliki ilmu memadai nantinya produsen batik hanya akan menyontek yang sedang laku, karena tidak memiliki ilmu untuk mencipta sendiri," tutur Santosa.

Anak kelima dari 10 saudara yang lahir dari pasangan Dr Doellah dan Hj Fatimah Wongsodinomo ini merupakan alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran. Dunia batik telah digelutinya sejak usia 15 tahun.

Sementara itu Rektor ISI Surakarta, T Slamet Suparno, dalam sambutannya menilai Santosa pantas mendapat anugerah tersebut. Disebutkan Slamet, sepanjang karir menekuni usaha penciptaan dan bisnis batik, Santosa telah menciptakan lebih dari 300 motif batik.

Motif-motif batik itu dirancang dan diproduksinya sendiri melalui grup usaha Danarhadi yang didirikannya sejak 1967. Tak hanya itu, Santosa juga terus memburu batik-batik kuno dari masa lampau yang tersebar di berbagai daerah.

Saat ini lebih dari 10 ribu lembar batik kuno tersimpan rapi dan terawat di Museum Batik Danarhadi yang berada di Jalan Slamet Riyadi, Solo. Koleksi batik yang tersimpan di museum itu bahkan ada yang dibuat pada abad 19.

Menyusul pengukuhan Santosa sebagai Empu Batik, ISI akan membuka empat prodi baru yaitu S-1 Seni Batik, S-1 Desain Komunikasi Visual, S-1 Fotografi, serta D-4 Keris dan Senjata Tradisional.

"Beliau pantas mendapat penghargaan tersebut. Pak Santosa nantinya juga diharapkan bisa mengajar di prodi Seni Batik. Dengan keahlian dan kemampuannya dalam seni batik, Pak Santosa Doellah bisa mentransfer ilmu-ilmunya agar pelestarian dan pengembangan batik bisa terjaga di generasi mendatang," ujar Slamet Suparno kepada wartawan usai upacara pengukuhan.
 
Sumber : DetikNews

(mbr/vit)
 

Nursalam, Konsisten Bersahabat dengan Sampah



 
Nursalam/ itsmeitet.wordpress.com
Jakarta Bagi kebanyakan orang, sampah adalah sesuatu yang tidak diinginkan. Namun bagi Nursalam, sampah adalah sahabat. Seperempat abad lebih, ayah dua anak ini 'menjalin persahabatan' dengan sampah.

"Saya kampanye tentang sampah sejak 1983. Tapi Kedai Daur Ulang ini baru terbentuk pada 1996. Saya berharap masyarakat melihat sampah itu bukan sampah tanpa arti, tapi sebagai bahan baku," ujar pria yang akrab disapa Salam ini dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (14/3/2012).

Jika masyarakat melihat sampah sebagai bahan baku maka akan melihat nilai ekonomi di balik keberadaan sampah. Sebagai bahan baku, maka sampah bisa dibuat menjadi aneka produk. Misalnya Salam yang membuat kertas daur ulang warna-warni dari sampah kertas.

Tak hanya itu, mantan aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) ini juga membuat aneka produk lain dari bahan daur ulang. Aneka produk lucu-lucu yang dibuat Salam antara lain frame foto, blocknote, tempat pensil dan sebagainya. Barang-barang hasil daur ulang itu dijualnya dengan harga yang beragam. Untuk kertas daur ulang bisa dibeli mulai Rp 1.100. Sedangkan produk lainnya harganya mulai Rp 5.000 hingga puluhan ribu rupiah.

"Bicara sampah itu terkait dengan empat segmen yakni sosial, politik, budaya dan ekonomi. Nah apa yang kita lakukan ini masuk dalam budaya. Kalau memandang sampah sebagai sahabat dan sebagai bahan baku ini menjadi budaya, maka akan diikuti yang lain," papar Salam.

Menurut dia, semua sampah sebenarnya bisa didaur ulang. Plastik, kaca, seng, maupun logam dapat didaur ulang. Namun tidak semua sampah bisa didaur ulang secara individu. Salah satu dari sedikit sampah yang bisa didaur ulang secara individu adalah kertas.

"Itu makanya saya ambil kertas untuk didaur ulang karena bisa dilakukan secara individu. Ketika kita tahu bagaimana mendaur ulang sampah, maka akan ada perubahan persepsi terhadap sampah," sambung alumnus Sastra Inggris Akademi Bahasa Asing (ABA) Cikini ini.

Mendaur ulang sampah kertas dengan teknologi tepat guna sebetulnya tidak mahal, hanya saja membutuhkan waktu yang cukup lama. 1 Lembar kertas membutuhkan waktu satu minggu untuk didaur ulang secara alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia.

Bagaimana cara mendaur ulang kertas? Pertama, kertas dibusukkan terlebih dahulu dengan menggunakan air. Butuh 4 hari untuk proses pembusukan kertas ini. Setelah busuk, kertas diblender. Selanjutnya kertas dicetak yang membutuhkan waktu sehari, lalu berlanjut ke pengeringan yang juga membutuhkan waktu satu hari.

Dalam sehari, Salam bisa mendaur ulang 60-70 kg kertas. Kertas itu didapatnya dari kantor-kantor seputaran Jakarta. Kertas apa saja bisa didaur ulang, dari kertas untuk foto copy hingga kertas koran.

Barang-barang daur ulang dari kertas ini belum bisa diproduksi secara massal mengingat keterbatasan tenaga kerja dan bahan baku yang dimilikinya. Tak heran harga produknya agak sedikit mahal.

Untuk keperluan pendaurulangan kertas itu, Salam merekrut sekitar 4 orang dari lingkungan dekat rumahnya. Mereka bersama-sama mengelola Kedai Daur Ulang (KDU), sebuah kedai di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, untuk menjual aneka barang hasil daur ulang.

Jika tahun 90-an lalu peminat barang-barang daur ulang adalah kalangan environmentalis, namun sekarang lebih luas lagi. Pelanggan karya Salam cs juga dari lingkungan perkantoran dan anak-anak sekolah.

"Banyak anak muda yang datang dan berminat (membeli) bukan karena tanggung jawab sosial dalam penyelamatan bumi, tetapi karena barangnya lucu, unik, cantik, cakep. Tapi nggak apa-apa. Mungkin bermula dari tertarik produknya, lalu tertarik proses dan muncul tanggung jawab sosialnya," papar Salam.

Bagi Salam, produk-produk yang dijualnya di KDU menyimpang pesan bagi para pembelinya. Pesan bahwa Bumi ini bukanlah warisan melainkan pinjaman dari anak cucu. Karena itu sudah selayaknya manusia berlaku arif dan bersahabat dengan Bumi.

Salam menuturkan, tidak perlu langkah-langkah bombastis untuk menjaga lingkungan. Sebab ada banyak cara sederhana yang bisa dilakukan di lingkungan sekitar. Misalnya saja dengan makan makanan secukupnya sehingga tidak ada sisa makanan yang menjadi sampah.

"Perlu digalakkan juga rantangisasi, yakni membeli makanan seperti pangsit atau bakso dengan menggunakan rantang ketimbang memakai plastik atau styrofoam. Sedapat mungkin dalam aktivitas kita kurangi volume sampah yang kita hasilkan," tutur Salam.

Dikatakannya, jika satu keluarga bisa mengurangi produksi sampah hingga seperempat dari produksi sampah hariannya, maka akan memberikan kontribusi yang luar biasa. Sebab jumlah volume sampah secara keseluruhan pun otomatis menurun. Bagaimana dengan Anda?
 
Sumber : DetikNews

(vit/nwk)
 

Indra Wedhasmara, Wartawan Tua Penabuh Drum 12 Jam Nonstop



Riau Usianya sudah lebih dari setengah abad. Meski begitu Indra Wedhasmara SZ masih memiliki semangat yang tak kalah dari anak muda. Wartawan senior di Riau ini unjuk gigi di luar dunia jurnalis dengan menabuh drum selama 12 jam nonstop.

Indra menabuh drum di halaman Gedung PWI Riau, Jl Sumatera, Pekanbaru, Sabtu (17/3/2012). Dalam acara itu Indra yang mengenakan kemaja panjang warna abu-abu dengan kacamata hitam tampil energik. Kaki dan tangannya bergerak lincah saat drum ditabuh.

Agar suara drum lebih enak didengar, panitia mengiringinya dengan lagu-lagu nusantara. Lagu Nusantara bernafas Melayu menjadi lagu pertama yang diperdengarkan. Tak hanya itu, lagu berbahasa Batak dan lagu dangdut juga turut diiringi gebrakan drum Indra.

Plok...plok...plok! Aksi panggung pria 59 tahun ini mendapat sambutan meriah para pengunjung. Aksi Indra berakhir pada Minggu (18/3) siang. Kegiatan ini digelar sebagai bagian dari perayaan Hari Pers Nasional (HPN).

Ketua Panitia Pelaksana HPN, Eddy Akhmad RM, kepada detikcom mengatakan acara tersebut digelar sebagai wujud penghormatan kepada Indra. Indra dinilai sebagai wartawan senior yang banyak memiliki jiwa seni.

"Tidak semua jurnalis memiliki kelebihan seperti Indra. Dia selain jurnalis juga novelis. Indra juga menulis cerbung sampai dan memiliki jiwa seni sebagai penabuh drum. Indra juga dulunya acap kali dipakai sebagai penabuh drum dalam acara-acara besar yang digelar pemerintah atau perusahaan," tutur Eddy.

Mengingat usia Indra yang tak lagi muda, panitia menyediakan mobil ambulans milik Polda Riau. Hal itu sebagai antisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

"Ini untuk antisipasi saja, maklum Indra sudah senja," sambung Eddy RM.

Indra merupakan wartawan senior di Riau yang pernah melalang buana di berbagai media lokal dan nasional. Terakhir Indra lama mengabdi di Harian Suara Pembaruan.

Pria kelahiran Pematang Siantar ini sebenarnya memiliki nama asli Indra Sumana. Sedangkan huruf 'Z' yang tersemat di belakang namanya diambil dari nama orang tua. Namun di dunia pernovelan, dia lebih dikenal dengan Indra Wedhasmara.

Bagi Indra, menulis novel dan cerbung bukanlah hal baru. Kegiatan itu telah ditekuninya sejak duduk di dibangku SLTA di Medan. Novel dan cerbung karya Indra cenderung sentimental. Kebanyakan kisahnya bertema konflik keluarga dan percintaan dengan tutur kata yang menyentuh. Tak jarang para pembaca karya Indra sampai menitikkan air mata.

Ayah dari lima anak ini memiliki ciri khas dalam menulis roman percintaan. Cirinya, roman percintaan karya Indra hampir selalu berakhir dengan kepedihan. Yang menarik, Indra menikahi seorang perempuan yang usianya terpaut 17 tahun dan merupakan penggemar karyanya.

Sayang pernikahannya berakhir pahit. Indra berpisah dengan sang istri. Namun kemudian jurnalis yang terkenal dengan idealismenya ini menikah kembali. Perempuan yang beruntung itu adalah dosen di kampung halamannya di Sumatera Utara. Konon istrinya itu juga penggemar berat roman-roman percintaan karya kakek dari tiga cucu ini.
 
Sumber : DetikNews

(vit/mad)
 

Kris 'Sang Dokter' untuk Orang Rimba




 
Kris memeriksa warga Orang Rimba 
 
Jambi Kristiwan, begitu nama lengkap pria lajang berdarah Jawa ini. Sejak tahun 2008 silam, penyandang gelar Akademi Perawat ini lebih memilih hidupnya untuk berbagi info dan penanganan kesehatan buat Orang Rimba, sebuah komunitas suku pedalaman diProvinsi Jambi.

Kris, begitu sapaan akrabnya, sudah empat tahun ini bergabung dengan LSM Komunitas Konservasi Indonesia Warsi sebagai fasilitator kesehatan untuk Orang Rimba. Orang Rimba adalah komunitas penduduk yang tidak berbaur sebagaimana masyarakat umumnya. Orang Rimba hidup di belantara hutan kawasan taman nasional yang ada di Jambi.

Tugas Kris mulai dari memberikan penyuluhan tentang cara meningkatkan kualitas hidup melalui pola hidup sehat, penanganan gawat darurat kesakitan, hingga memfasilitasi Orang Rimba ke layanan kesehatan publik seperti Puskesmas, RS dan instansi terkait.

Banyak suka duka yang dialami pria kelahiran Semarang 22 Februari 1983 itu dalam menjalankan tugasnya. Berjalan kaki berjam-jam, naik dan turun perbukitan untuk menemui komunitas Orang Rimba, adalah bagian rutin pekerjaannya. Dalam perjalanan itu, Kris akan selalu dilengkapi dengan obat-obatan dan peralatan medis yang mungkin dibutuhkan Orang Rimba.

"Dahulu setiap sakit Orang Rimba lebih mengandalkan obat-obatan dari ramuan tumbuhan yang mereka temukan di rimba. Namun sejak terjadinya perubahan hutan, tumbuhan obatpun semakin sulit. Akibatnya Orang Rimba tak mampu lagi mengobati sakit yang ada pada mereka," tutur sang lokoter —demikian sebutan Orang Rimba terhadap tenaga kesehatan- dalam perbincangan dengan detikcom.

Untuk memperkenalkan pengetahuan kesehatan terhadap Orang Rimba bukanlah hal yang gampang. Selama ini masyarakat pedalaman ini hanya mengenal penanganan kesehatan lewat dukun. Pun dalam penanganan persalinan, dukun lebih banyak berperan aktif.

"Saya pernah ditolak ketika akan membantu proses persalinan. Alasan mereka sangat pantang ada orang lain, apa lagi di luar komunitas mereka, yang membantu proses persalinan," kata alumnus Akper Ngesti Waluyo Temanggung Jawa Tengah ini.

Menurut Kris, problem kesehatan buat Orang Rimba, kian hari bertambah beragam. Sekarang akibat pembukaan lahan (land clearing) air sungai berwarna cokelat ketika hujan, sedangkan ketika kemarau menjadi kering.

"Mereka tak bisa lagi langsung mengkonsumsi air seperti masa lalu, akan tetapi butuh perlakuan terlebih dahulu, dan untuk ini kita harus mengajari mereka cara mengolah air menjadi layak konsumsi," papar Kris.

Tak hanya itu, terbukanya hutan juga menyebabkan semakin sulitnya konsumsi pangan Orang Rimba. Akibatnya ketersediaan protein dan karbohidrat jauh berkurang, sehingga tak sedikit di antara mereka yang mengalami gizi buruk. Kondisi ini diperburuk dengan tidak adanya penanganan yang memadai.

Untuk membantu tugas-tugas lapangan, Warsi juga membentuk kader kesehatan. Kader merupakan Orang Rimba yang sudah mendapatkan kemampuan baca tulis kemudian dibekali dengan pengetahuan tentang kesehatan dan pemberian pertolongan pertama jika ada masalah kesehatan pada Orang Rimba.

"Misalnya jika ada penyakit muntaber yang menyerang Orang Rimba, kita sudah ajarkan kepada mereka untuk membuat oralit, kemudian membawanya ke Puskesmas terdekat," kata Kris.

Sebelumnya, fasilitator kesehatan juga melakukan pendekatan ke petugas Puskesmas. Sebab tanpa ada pendekatan terlebih dahulu, tidak jarang Orang Rimba akan ditolak.

"Awal-awalnya Orang Rimba sering ditolak di Puskesmas, jadi kalau mau ke Puskesmas kita harus dampingi," lanjutnya.

Orang Rimba sangat tidak terbiasa ke rumah sakit, apa lagi sampai menginap. Administrasi rumah sakit yang berbelit-belit juga membuat Orang Rimba malas berurusan dengan RS. Di lain pihak, rumah sakit juga enggan menangani Orang Rimba karena dianggap kumuh memiliki magic.

"Di sinilah peran kita melakukan pendampingan terhadap Orang Rimba dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Begitu juga kita juga memberikan pengertian kepada petugas kesehatan," jelas Kris.

Kris mengharapkan rumah sakit pemerintah memberikan pelayanan yang sederhana kepada masyarakat. Sebab jalur administrasi yang berbelit-belit, terutama pada masyarakat pengguna Jamkesmas, kadang membuat masyarakat enggan ke rumah sakit pemerintah.

"Kalau masyarakat desa saja kadang sudah jengkel, apa lagi Orang Rimba. Kita berharap pada pola yang lebih sederhana jika Orang Rimba mengunjungi rumah sakit, dari mulai pendaftaran pasien hingga bisa memperoleh obat, jangan dipersulit," harap Kris.

Selain itu yang juga penting adalah adanya dukungan pemerintah, baik kecamatan, kabupaten dan provinsi dalam melayani Orang Rimba. Mestinya tidak ada batasan administratif yang memisahkan Orang Rimba dengan pusat pelayanan kesehatan, sebab ada kelompok yang secara administratif tergabung ke kabupaten tertentu, namun secara akses akan dekat dengan kabupatan lainnya.

"Ini harusnya tak jadi penghalang untuk Orang Rimba mendapatkan pelayanan dan tentu juga diharapkan dukungan pendanaan yang memadai, apakah melalui program Jamkesmas ataupun Jamkesda," sebut anak kedua dari tiga bersaudara ini.

Hal lainnya yang juga penting dan mendesak untuk dilakukan adalah menumbuhkan kesadaran pihak-pihak pelayanan kesehatan untuk mengunjungi kelompok-kelompok Orang Rimba, baik untuk memberikan pelayanan kesehatan langsung, atau pun memberikan penyuluhan.

"Dan juga penting adalah pelatihan dan penyuluhan dukun beranak. Selama ini sudah kita coba lakukan, namun tentu hasilnya akan maksimal jika di dukung oleh pemerintah," ujar Kris.
 
Sumber : DetikNews

(cha/vit)
 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Followers