Pesantren Darul Hadis merupakan minoritas di Provinsi Houti namun sejak lama berhasil menarik ribuan santri untuk belajar disana.
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Yaman, memperkirakan ada sekitar 7000 santri disana saat ini, 100 orang diantaranya berkewarganegaraan Indonesia.
"Makanya setiap hari kita masih deg-degan terus menunggu kabar kalau-kalau ada serangan baru dan korban jatuh lagi," kata Wakil Dubes Indonesia untuk Yaman, Agus Syarief Bustaman kepada wartawan BBC Indonesia, Dewi Safitri melalui sambungan telepon dari Sanaa.
Upaya KBRI membebaskan para santri, menurut Agus, terbentur pada sulitnya meyakinkan mereka agar bisa keluar dari Pesantren Darul Hadis.
"Kita sudah ada komunikasi dengan Syeh pimpinan pesantren dan mereka mengatakan kalau memang santri Indonesia mau, mereka boleh meninggalkan lokasi berbahaya itu," kata Agus.
Komunikasi serupa juga sudah dilakukan dengan pihak pemerintahan Houti beserta milisinya, meminta jaminan keamanan bila para santri tersebut hendak keluar.
"Nyatanya mereka memang nampaknya lebih memilih untuk taat dan tunduk pada pimpinannya, mungkin karena sudah sangat kuat indoktrinasinya," tambah Agus.
Terlalu berbahaya
Dari ibukota Sanaa, provinsi Houti berjarak sekitar 400km yang bisa dietmpuh dengan sekitar enam jam perjalanan.Namun belum ada aparat KBRI yang bisa sampai ke lokasi tersbeut dalam upaya membebaskan para korban pengepungan santri asal Indonesia.
"Kita sudah minta diizinkan pada tentara Yaman agar bisa kesana tapi tidak diberi. Katanya terlalu berbahaya," kata Agus.
Sejak lama Houti bermusuhan dengan pemerintah Yaman dan berperang, namun dalam beberapa tahun terakhir ini kedua pihak menandatangani gencatan senjata.
"Kita sudah minta diizinkan pada tentara Yaman agar bisa kesana tapi tidak diberi. Katanya terlalu berbahaya"
"Upaya kita mohon bantuan supaya bisa ketemu dengan Gubernur Houti, Fariz Mana juga sampai sekarang buntu."
Gawatnya situasi di Darul Hadis sudah menjadi perhatian Kementrian Luar Negeri sejak awal tahun ini dan sejak Maret pemerintah Indonesia membentuk rencana darurat penyelamatan WNI dari Yaman. Namun berbagai upaya menurut KBRI setempat belum berhasil.
Tiga hari sebelum penyerang Sabtu lalu, tiga santri WNI berhasil lolos dari pesantren itu dengan bantuan sejumlah warga dekat pesantren dan pasukan milis Houti.
Menurut mereka terdapat 40 pos pemeriksaan bersenjata antara lokasi pesantren hingga ibukota, yang membuat resiko upaya penyelamatan sangat besar.
Sebagai contoh, meski sudah dinyatakan boleh lewat mereka tetap ditembaki milisi Houti.