Ikuti @Dayilmu
JAKARTA, KOMPAS.com — PT
Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)
menilai kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi tidak akan
menekan kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Sebab, BRI menilai
komponen BBM dalam biaya operasional UMKM tidak signifikan.
"Komponen BBM di sektor UMKM hanya sekitar 10 persen, tidak signifikan. Kecuali kalau bisnisnya transportasi. Tapi untuk di usaha kecil dan mikro hampir minim untuk kebutuhan perjalanan," ungkap Direktur Utama BRI Sofyan Basir, Kamis (29/3/2012).
Karena itu, BRI tak terlalu khawatir kenaikan harga BBM bisa menyebabkan kredit macet di sektor UMKM. Berdasarkan segmen per akhir 2011, non performing loan (NPL) kredit mikro BRI turun dari 1,21 persen pada 2010 menjadi 1,19 persen. Di periode yang sama, hal serupa juga tampak pada NPL kredit kecil komersial (small komersial) yang turun dari 5,11 persen menjadi 4,53 persen.
Namun, di kategori kredit menengah justru terjadi peningkatan dari 6,9 persen pada 2010 menjadi 7,11 persen pada 2011. Bila ketiganya jenis kredit tersebut dirata-rata, secara umum terjadi penurunan NPL kredit UMKM dari 4,4 persen pada 2010 menjadi 4,27 persen pada 2011.
BRI mengklaim penurunan tersebut tercapai karena sistem peringatan dini (early warning system/EWS) yang semakin diperkuat. EWS ini merupakan sistem yang dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan membayar dan rekam jejak debitor selama meminjam di BRI.
Merujuk laporan keuangan tahun lalu, kredit mikro, kecil, dan menengah BRI masing-masing sebesar Rp 90,19 triliun, Rp 67,57 triliun, dan 13,84 triliun. Total ketiga jenis kredit tersebut mencapai Rp 171,6 triliun atau tumbuh 13,21 persen dibandingkan pencapaian di akhir 2010 sebesar Rp 151,57 triliun. "Tahun ini kami optimisits pertumbuhan kredit UMKM bisa di atas 20 persen," ujar Sofyan. (Astri Karina Bangun/Kontan)
KOMPAS/ANDY RIZA HIDAYAT
ILUSTRASI Pengusaha Kecil
TERKAIT:
"Komponen BBM di sektor UMKM hanya sekitar 10 persen, tidak signifikan. Kecuali kalau bisnisnya transportasi. Tapi untuk di usaha kecil dan mikro hampir minim untuk kebutuhan perjalanan," ungkap Direktur Utama BRI Sofyan Basir, Kamis (29/3/2012).
Karena itu, BRI tak terlalu khawatir kenaikan harga BBM bisa menyebabkan kredit macet di sektor UMKM. Berdasarkan segmen per akhir 2011, non performing loan (NPL) kredit mikro BRI turun dari 1,21 persen pada 2010 menjadi 1,19 persen. Di periode yang sama, hal serupa juga tampak pada NPL kredit kecil komersial (small komersial) yang turun dari 5,11 persen menjadi 4,53 persen.
Namun, di kategori kredit menengah justru terjadi peningkatan dari 6,9 persen pada 2010 menjadi 7,11 persen pada 2011. Bila ketiganya jenis kredit tersebut dirata-rata, secara umum terjadi penurunan NPL kredit UMKM dari 4,4 persen pada 2010 menjadi 4,27 persen pada 2011.
BRI mengklaim penurunan tersebut tercapai karena sistem peringatan dini (early warning system/EWS) yang semakin diperkuat. EWS ini merupakan sistem yang dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan membayar dan rekam jejak debitor selama meminjam di BRI.
Merujuk laporan keuangan tahun lalu, kredit mikro, kecil, dan menengah BRI masing-masing sebesar Rp 90,19 triliun, Rp 67,57 triliun, dan 13,84 triliun. Total ketiga jenis kredit tersebut mencapai Rp 171,6 triliun atau tumbuh 13,21 persen dibandingkan pencapaian di akhir 2010 sebesar Rp 151,57 triliun. "Tahun ini kami optimisits pertumbuhan kredit UMKM bisa di atas 20 persen," ujar Sofyan. (Astri Karina Bangun/Kontan)
0 comments
Post a Comment
Mari tinggalkan komentar yang baik dan benar