.

Media Patner

Dayilmu.blogspot.com Dayilmu.blogspot.com Dayilmu.blogspot.com Dayilmu.blogspot.com Dayilmu.blogspot.com
Selamat Datang Para Pembaca Dayilmu, terima kasih sudah berkunjung. Bagi kami kalian adalah tamu istimewa yang mau mampir di blog ini, Follow @Dayat_mc untuk bicara seputar dayilmu.

Monday, 5 March 2012

Mantan Pejuang Bergantung Hidup Pada Anak

Mantan Pejuang Bergantung Hidup Pada Anak


Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Niko Ruru
TRIBUNNEWS.COM,NUNUKAN - Tak ada harta yang tersisa dari Said Lolon. Mantan pejuang konfrontasi saat perang Indonesia-Malaysia tahun 1960-an silam tak bisa mendapatkan hak tunjangan pensiun, lantaran salah ketik pada surat keputusannya dari pemerintah pusat.
Said yang terbaring sakit, hidup dalam keprihatinan. Untuk bertahan hidup ia hanya bergantung pada anak bungsunya.
Said bersama istrinya Aisyah kini tinggal di gubug kayu bersama anak bungsunya Loliansyah, menantu dan tujuh orang cucu.
Rumah yang terletak di Jalan PLN Lama, Gang Pak Jana RT 17, Kecamatan Nunukan itu berdiri di atas lahan rawa yang masih terpengaruh pasang dan surut air laut.
Dari jalan besar di gang tersebut, kita harus mengikuti jalan turun yang curam. Meniti jembatan kayu harus dengan ekstra berhati-hati agar tak terjatuh.
Sebuah gubug kayu seadanya nyaris tanpa perabotan menjadi tempat mereka berteduh dari panas dan dinginnya malam. Hanya ada satu televisi berwarna dan sebuah lemari di dalam rumah itu. Lantai rumah beralaskan karpet tanpa dilengkapi dengan kursi dan meja.
Pasangan Said-Aisyah memiliki tiga anak. Anak pertama Balasiu dan anak kedua Amansyah tinggal di rumah yang berbeda. Sementara putra bungsunya Loliansyah tinggal bersama mereka.
Loliansyah hanya bekerja sebagai buruh pada toko milik warga keturunan. Sementara sang istri hanya ibu rumah tangga. Dari tujuh cucunya, empat diantaranya sudah bersekolah. Mereka menikmati fasilitas pendidikan gratis dari pemerintah.
Bekerja sebagai buruh tokoh, Loliansyah mendapatkan upah sekitar Rp 800 ribu sebulan. Dari penghasilan itulah, seisi rumah bisa makan.
“Kadang dapat beras raskin, tapi itupun tiga bulan sekali. Beratnya 15 kilogram. Karena uang terbatas kita makan seadanya saja,” kata Aisyah yang ditemui di kediamannya.
Said tak lagi banyak berharap dari pemerintah. Iapun tak pernah mendapatkan bantuan apa-apa dari organiasi veteran yang menaungi para mantan pejuang.
“Uang bulanan sebenarnya ada, tetapi bapak tidak dapat karena tidak ada SK,” ujarnya.



Editor: Romualdus Pius  |  Sumber: Tribun Kaltim

0 comments

Post a Comment

Mari tinggalkan komentar yang baik dan benar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Followers