[Dayilmu.blogspot.com]
Jaman dulu ketika teknologi dan pengetahuan belum maju, cerita legenda banyak terjadi saat melihat gerhana bulan.
Legenda umum yang terjadi menyiratkan bahwa saat seseorang yang tadinya
riang gembira, bersuka ria, bersuka cita, tiba-tiba berubah murung dan
sedih, karena ada salah satu anggota keluarga yang meninggal dunia atau
hatinya diliputi oleh Gerhana.
Secara ilmiah, gerhana
bulan dijelaskan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan
tertutup oleh bayangan bumi. Itu terjadi bila bumi berada di antara
matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar
matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi. Gerhana
bulan muncul bila bulan sedang beroposisi dengan matahari. Tetapi
karena kemiringan bidang orbit bulan terhadap bidang ekliptika, maka
tidak setiap oposisi bulan dengan matahari akan mengakibatkan terjadinya
gerhana bulan
Berbagai Cerita Legenda Rakyat di Dunia Tentang Gerhana Bulan
- Bali, jika terjadi Gerhana Bulan, maka orang-orang sibuk membuyikan kentongan atau benda apa saja yang bisa di pukul. Tujuannya adalah untuk mengusir Kala Rahu yang menelan Bulan. Mitos ini tertuang dalam sebuah Purana yang kemudian menjadi sebuah dongeng dan sangat populer di Negeri Nusantara. Kisah ini terjadi ketika para raksasa dan para Dewa bekerja sama mengaduk lautan susu untuk mencari “Tirtha Amertha” atau Tirtha Kamandalu. Konon siapa saja yang meminum tirtha itu maka dia akan abadi (tidak bisa mati). Maka setelah tirtha itu didapatkan kemudian dibagi rata. Tugas membagi tirtha adalah Dewa Wisnu yang menyamar menjadi gadis cantik, lemah gemulai. Dalam kesepakatan diatur bahwa para Dewa duduk dibarisan depan sedangkan para Raksasa dibarisan belakang.Syahdan ada Raksasa bernama “Kala Rahu” yang menyusup dibarisan para Dewa, dengan cara merubah wujudnya menjadi Dewa. Namun penyamarannya ini segera diketahui oleh Dewa Candra atau Dewa Bulan. Maka ketika tiba giliran Raksasa Kala Rahu mendapatkan “Tirtha Keabadian”, disitulah Dewa Candra berteriak. “Dia itu bukan Dewa, dia adalah Raksasa Kala Rahu”. Namun sayang tirtha itu sudah terlanjur diminum. Maka tak ayal lagi Cakra Dewa Wisnu menebas leher Sang Kala Rahu. Maka demikianlah, karena lehernya sudah tersentuh oleh Tirtha Keabadian, sehingga tidak bersentuh oleh kematian. Wajahnya tetap hidup dan melayang-layang diangkasa. Sedangkan tubuhnya mati, karena belum sempat tersentuh oleh tirtha kamandalu. Sejak saat itu dendamnya terhadap Dewa Bulan tak pernah putus-putus, dia selalu mengincar dan menelan Dewa Bulan pada waktu Purnama. Tapi karena tubuhnya tidak ada maka sang rembulan muncul kembali kepermukaan. Begitulah setiap Sang Kala Rahu menelan Dewa Bulan terjadilah Gerhana.
- Jawa. Legenda dalam masyarakat Jawa tentang gerhana adalah fenomena saat Buto atau raksasa menelan bulan. sehingga mirip masyarakat Bali semua orang dianjurkan untuk menabuh kentongan dan bunyi-bunyian agar raksasa takut dan pergi meninggalkan bulan.
- Negeri cina, orang percaya bahwa seekor naga langit membanjiri sungai dengan darah lalu menelanna. Itu sebabnya orang Cina menyebut gerhana “chih” artinya memakan. Sampai abad ke 19 mereka biasanya membunyikan petasan untuk menakut-nakuti sang naga. Orang Indian juga percaya bahwa seekor naga lah yang membuat gerhana bulan. Mereka lalu menyembah sang naga dengan berendam sampai sebatas leher.
- Jepang, orang percaya bahwa waktu gerhana ada racun yang disebarkan ke bumi. Dan untuk menghindari air di bumi terkontaminasi racun, mereka menutupi sumur-sumur mereka.
- Perancis, Kaisar Louis dari Perancis wafat setelah mengamati gerhana di tahun 840. Konon ia begitu bingung saat kegelapan selama 5 menit dan meninggal karena begitu takut.
- Cerita Columbus. Columbus dalam pelayaran terakhirnya ke Amerika, 1503. Ia berlabuh di Jamaica lebih dari setahun karena kapalnya rusak parah. Penduduk asli setempat lama-lama kesal karena harus menyuplai makanan untuk kru kapal. Columbus tahu bahwa tidak lama lagi akan terjadi gerhana bulan. Dia dengan akal bulusnya mengatakan bahwa Tuhan marah terhadap mereka karena tidak memberi makan, dan karena itu bulan akan lenyap. Ketika gerhana terjadi, mereka lalu memohon Columbus untuk menyampaikan kepada Tuhan agar memaafkan mereka dan mengembalikan bulan. Setelah gerhana, Columbus mengatakan kepada mereka bahwa Tuhan sudah memaafkan dan bulan akan kembali.
dunia-unik(dot)com
0 comments
Post a Comment
Mari tinggalkan komentar yang baik dan benar