[Dayilmu.blogspot.com]
Jatuh
cinta membuat seseorang mabuk kepayang. Segala hal mengenai kekasih
menjadi hal terbaik dan paling mengesankan. Tak heran ungkapan 'cinta itu buta' dan orang yang jatuh
cinta memakai 'kacamata kuda'
kerap dilontarkan bagi pasangan
yang tengah dilanda asmara.
Berbagai studi mengungkap, saat jatuh cinta, tubuh manusia memproduksi
hormon cinta dan menyebarkannya ke seluruh tubuh. Yang paling nyata
terlihat dari hormon ini adalah sepasang mata yang berkilau, sering disebut sebagai 'kacamata mawar'.
Sebuah studi terbaru menunjukkan, hubungan jangka panjang yang
paling bahagia adalah hubungan yang terjalin dengan pasangan yang tidak
akurat melihat kualitas pasangan termasuk fisik sejak awal hubungan.
Studi terhadap 2.000 pasangan menikah menemukan, 'masa bulan madu'
berlangsung 14 bulan. Artikel yang dimuat
dalam Psychological Science berisi penelitian terhadap 220
pasangan yang baru menikah selama tiga tahun. Jangka waktu pernikahan
yang memungkinkan mulai lunturnya gairah.
Peserta diminta
menyebutkan apa yang diinginkan
dari pasangan dan menilai kualitas diri
mereka dan pasangan seperti kebaikan, keyakinan diri, kecerdasan, pemahaman.
Termasuk sifat-sifat negatif termasuk kemalasan dan ketidakdewasaan.
"Kami mengukur tipe ideal seseorang terhadap diri sendiri dan pasangan," jelas Dr
Dale Griffin, psikolog di
University of British Columbia dan salah satu penulis laporan itu.
"Kemudian kami gunakan persepsi untuk mengukur perbedaan antara ideal
dan kenyataan."
Hasilnya, selama tiga tahun, kepuasan pada semua responden
menurun, kecuali bagi kelompok yang melihat pasangan sebagai sosok ideal di awal hubungan. "Orang yang
berpegang pada ilusi ideal lebih cenderung memiliki kepuasan lebih
tinggi, sementara orang-orang yang lebih realistis menjadi kurang puas, "
kata Dr Griffin seperti dimuat
dalam Daily Mail.
Yang mengejutkan, tak perlu kedua pasangan memiliki pandangan
'ideal' untuk mencapai hubungan yang lebih erat. Ahli mengatakan, bila
seorang pasangan memandang mitranya seorang yang luar biasa, mereka akan
memberi perhatian lebih dan memaafkan pelanggaran yang dilakukan pasangan.
"Sejauh ini, kami belum menemukan tingkat idealisasi yang
berbahaya, meskipun secara teori, lari dari realitas juga tidak baik
bahkan bila dalam domain yang positif," kata Dr Griffin.
0 comments
Post a Comment
Mari tinggalkan komentar yang baik dan benar