[Dayilmu.blogspot.com]
Sumber : http://jelajahunik.blogspot.com/2011/12/wawancara-singkat-dengan-penemu-dan.html#ixzz1gIgoTbgk
Kripik
pedas Maicih adalah salah satu makanan ringan terpopuler saat ini.
Sistem pemasarannya yang sangat “gini hari” dan pedasnya yang
cadas-cadas menagih membuat kripik ini selalu dicari-cari.
Namun
belakangan beredar isu kehadiran Maicih palsu. Selain kripik Maicih
dengan logo emak-emak yang menyamping, beredar pula kripik Maicih dengan
logo emak-emak hadap depan. Betulkah Maicih berlogo emak-emak hadap
depan adalah kripik Maicih palsu?
Salamatahari
mengkonfirmasi isu ini langsung kepada Dimas Ginanjar Merdeka alias
Bob Merdeka, pemilik kripik Maicih versi logo hadap depan …
Sebenernya memang diakui kita pecah.
Kenapa?
Itu
karena perbedaan visi, perbedaan tujuan mau ke mana, jadinya ada
perbedaan produk. Kalau saya lihat, ini memang subyektif saya, ya,
mereka terlalu mengejar volume, kuantitas, akhirnya lupa sama
nilai-nilai yang lain. Kalau ngejar volume, kualitas jadi turun. Kalau
saya, sebisa mungkin produksi, kalau kualitasnya turun ya udah
produksinya segitu aja.
Emang sekarang Maicih yang ini produksinya berapa banyak?
Lima ribu bungkus sehari.
Wow! Banyak juga, dong …
Iya, lumayan … hehehe …
Emang kalo Maicih yang ini visi-misinya apa?
Visi
kita, kita support temen-temen yang kreatif. Sekarang kita
menggerakkan kota Bandung dulu. Bukan di musik aja, tapi semua yang
berhubungan sama seni dan budaya seperti teater, tari. Kita support
temen-temen yang punya sesuatu yang unik dari karya mereka, bukan
sekedar asal tebak aja. Kayak Sarasvati, Bottlesmoker kan punya cara
yang unik dari musiknya dan dari cara mereka menjual musiknya.
Oh, iya. Kemaren sempet nyeponsorin Sarasvati juga, ya?
Iya.
Sebetulnya kita udah ngincer Sarasvati sebelum Mancawarna (konser
Sarasvati di Bandung), tapi udah keduluan sama yang lain. Abis itu kita
sempet nanya, kita masih punya kesempatan, nggak, buat nyupport
Sarasvati? Terus mereka bilang boleh, tapi jangan di Bandung. Ada
kesempatan di Yogya. Kebetulan di Yogya peminat Maicih juga lagi banyak.
Pas lagi, kebetulan kita lagi pecah. Pas pecah itu, temen-temen dari
Maicih yang satu lagi melemparkan isu kalo kita itu Maicih palsu. Dan
isu itu paling santer di Yogya, jadi waktu kita mensupport Sarasvati
untuk musik mereka, kita juga punya kepentingan supaya temen-temen paham
kalo kita nggak palsu, lho.
Hmmm … berarti baik Maicih hadap depan dan hadap samping nggak ada yang palsu, ya?
Sebenernya
di antara dua versi besar tadi, nggak ada asli atau palsu. Semustinya
temen-temen dari sana mengakui kalau kita pecah, jadi ya sudah. Yang
jelas kampanye dari kita ya fakta-fakta sejarah, terus konsepnya, gimana
memulainya, siapa yang bikin, itu semua ada di kami.
Secara kekripikan, ada bedanya nggak Maicih yang ini sama yang satu lagi?
Rasanya
beda. Ya itu tadi, kalau ngutamain kuantitas, kualitas jadi menurun
kan. Terus secara umum kemasannya. Mereka pakai logo yang ke dua (Maicih
tiga kali berganti logo, termasuk dengan Maicih hadap depan ini),
nggak ada repackage, kalo saya repackage, pake paper bag, rebranding,
ganti logo, punya program One Coin One Leaf karena kita udah nyumbang
sampah plastik dan sampah kertas untuk lingkungan, ada dinkes. Kita sih
nurutin aturan yang berlaku di negeri ini. Kalo produk makanan itu
harus jujur. Kayak komposisi, berat bersih, kita udah ada. Temen-temen
konsumen pasti cerdaslah, kalau kita palsu masa jujur?
Hahaha
… baiklah. Berarti isu seputar palsu nggak palsu udah terjawab dengan
jelas. Btw, isu lainnya, katanya resep Maicih itu didapet dari seorang
nenek-nenek bernama Maicih di sebuah desa. Bener, nggak?
Nggak,
itu bener-bener isu. Saya bikin tokoh fiktif, bener-bener direka-reka
aja. Maicih dibikin untuk membuat kripik pedas yang saya suka
dikonsumsi banyak orang, gitu. Jadi emang jualan Maicih itu timbul dari
kesukaan terhadap makan kripik pedas itu sendiri.
Jadi resep Maicih dapetnya dari siapa?
Ngambil
dari sebuah tempat produksi kripik pedas yang saya suka. Terus dijual,
tapi setelah laku, permintaan bertambah banyak, nggak mungkin kalo
ngambil terus. Jadi saya produksi sendiri dan mencoba membuat cita rasa
yang lebih baik daripada itu. Jadi sebenernya patokan kualitas rasa ya
lidah saya.
Misalnya Maicih yang di logo ini ada beneran, kira-kira dia orangnya gimana?
Kalo
beneran ada, dia pasti ramah, hangat, dan menganggap orang lain
langsung jadi keluarga. Dia sebetulnya sangat tradisional, tapi juga
sangat melek sama isu-isu global.
Wow, nenek-nenek gaul.
Hahaha … iya, gaul.
Bob, apa yang bikin kamu punya passion untuk serius dan penuh kasih sayang ngejalanin usaha ini?
Apa,
ya? Sebuah ide kalo Maicih bisa kampanye budaya. Itu sih yang paling
menarik. Bukan soal rasial karena Maicih tokoh Sunda, tapi Sunda sebagai
konsep, jadi saya bisa melestarikan nilai-nilai budaya yang sudah
ditinggalkan. Kayak misalnya orang Sunda peduli dengan alam, suka
bermusik, suka menari. Selain itu orang Sunda pasti suka pedes. Kalo
nggak suka, rada anomali. Kripik pedes cemilan orang Bandung banget,
meskipun saya nggak tau kalau dari sejarahnya kripik pedes itu asli
makanan tradisional Sunda apa bukan.
Kamunya sendiri asli Sunda, ya?
Ayah orang Bogor, Ibu orang Cianjur, tapi saya sendiri gede di Bandung.
Baiklah. Kalau orang mau tau tentang Maicih, harga, mesen di mana, dan lain-lain kira-kira ke mana, Bob?
Ke www.maicih.com aja …
Tapi tadi Dea buka masih “Hapunten Nuju Diwangun” (maaf sedang dibangun) …
Iya, aktivasinya bersamaan sama konser Bottlesmoker yang Kamis tanggal 28 Juli ini …
So
sweet amat kalian kompak-kompakan … hehehe … btw, pas hari
keseimbangan, dong, samaan juga sama terbitnya Salamatahari edisi 81
ini. Kamu pernah baca Salamatahari, nggak?
Pernah,
dulu waktu masih blogspot suka baca, dikasih tau temen. Tulisannya
lucu, manis, menginspirasi dengan cara yang sederhana. Sekarang udah dot
com, ya?
Udah dot com dari taun lalu, lho …
Wah, berarti udah lama, ya, nggak baca …
Naaa … makanya sekarang seringin lagi, dong, baca Salamataharinya … hehehehe …
Maicih memang tokoh fiktif yang tidak nyata. Tapi kefiktifannya mengantarkan banyak hal abstrak mewujud nyata. Passion,
kebaikan dan kearifan lokal yang tersimpan dalam seni-budaya, rasa
pedas, adalah sesuatu yang tak mempunyai bentuk konkret, tapi hidup dan
menghidupkan.
Semoga melalui Maicih, Bob Merdeka menularkan berbagai kesenangan yang memerdekakan …
Sundea
follow twitter #asli @maicih dan penemu/pemilik #asli #maicih @bobmerdeka (Dimas Ginanjar Merdeka)
Sumber : http://jelajahunik.blogspot.com/2011/12/wawancara-singkat-dengan-penemu-dan.html#ixzz1gIgoTbgk
0 comments
Post a Comment
Mari tinggalkan komentar yang baik dan benar