Ikuti @Dayilmu
Setetes air akan terlupakan jika ada segelas air, segelas air akan terlupakan jika ada seember air dan seember air akan terlupakan saat melihat kolam air melimpah ruah, sayangnya waktu berjalan berbanding terbalik, lautan luas, danau, kolam dan seember air hanya ada dimasa muda kita.
Setetes air akan terlupakan jika ada segelas air, segelas air akan terlupakan jika ada seember air dan seember air akan terlupakan saat melihat kolam air melimpah ruah, sayangnya waktu berjalan berbanding terbalik, lautan luas, danau, kolam dan seember air hanya ada dimasa muda kita.
Dan semakin kita tua, kita
hanya bisa mendapatkan setetes air di akhir hidup kita, dan dua sujud
itu bagai setetes air yang melepas dahaga...”
Siang
itu aku terbaring lemah di tempat tidur, ku usap kening yang basah
dan ku basuh kembali dengan kompress yang telah disiapkan oleh istriku
sejak pagi tadi. Ku coba menenangkan diri dan merenungi, mengapa aku
bisa terserang penyakit seperti ini.
Sudah tiga hari ini aku merasakan badanku sangat panas,
bibir kering dan badan pegal-pegal, tapi aku tidak tahu mengapa seluruh sendiku terasa nyeri sekali.
Aku sudah berusaha pergi kedokter, dan dokter menyatakan aku hanya
sakit kelelahan biasa, dan tak perlu ada yang dikhawatirkan.
Hari keempat pada sepertiga
malam, kurasakan badanku tak bisa bergerak sama sekali, aku terbaring
lemah di kasur, hanya bisa memandang langit-langit dengan bola mata
yang senantiasa basah oleh airmata. Saat-saat seperti ini kematian
terasa begitu mendekat dan kecongkakan sebagai manusia lenyap dari
sanubari.
Berganti dengan rasa takut akan
ajal yang akan segera tiba sementara jiwa
belum siap menghadapinya. Hanya tangisan dan tangisan mengisi detik
demi detik, menyesali waktu yang terlewat begitu saja, menyesali masa
yang berlalu tanpa makna. Seraya bibir bertasbih dan hati memohon janji
kepada sang pemilik jiwa untuk diberi sehat kembali agar bisa
beribadah dengan lebih baik dari hari ini dan hari kemarin.
Begitulah janji ucap seorang
hamba ketika dalam posisi lemah, ketika dalam posisi tertawan oleh
takdir bahwa kelak manusia akan mati meninggalkan dunia dan pergi
menemui rabbnya. Aku yang saat itu tak bisa berbuat apa-apa hanya bisa
memohon kepada rabb agar diberi kesempatan beribadah kepadanya,
melaksanakan qiyamullail meski aku tak tahu apakah sanggup atau tidak,
Aku hanya ingin sholat dengan khusuk, di saat-saat akhir kekuatan
masih merayap dalam tubuh ini, disaat aku masih bisa bersujud meski
dua sujud saja.
Dulu saat aku sehat, jangankan
dua sujud, ribuan sujud pun aku masih sanggup, tetapi ribuan sujud
itu aku sia-siakan, berlalu bagai debu ditiup angin. Kini,
hanya dua sujud saja yang aku persembahkan untuk Tuhanku aku tak
mampu, hanya dua sujud saja aku tak bisa, sampai aku memohon-mohon
dengan air mata kepada Rabbku agar diberi kekuatan menegakan dua sujud
itu.
Ya robbi, hanya dua sujud saja
aku tak bisa memberikan ibadah terbaikku untuk Mu. Ya Tuhanku,
bagaimana berharganya dua sujud ini bagiku, dua sujud yang pernah aku
sia-siakan dalam sehat dan waktu luangku. Dua sujud yang membedakan
seorang mukmin dengan fajir, dua sujud yang membuat hamba mudah
dikenali pada yaumil mahsyar, dua sujud yang memberikan kedamaian pada
malam-malam seorang hamba yang soleh, dua sujud yang memberikan
keadilan pada para pemimpin yang takut kepadamu disaat manusia lain
terlelap tidur.
Dua sujud yang membuat si papa
merasa lebih kaya dari para agniya yang masih sibuk menghitung
uangnya meski hari telah larut, dua sujud yang mampu memberikan
keberkahan dan kesehatan para hambamu para ahli qiyamul lail, dan dua
sujud itu pula yang telah aku lupakan selama ini, sehingga aku tak
siap menghadapi terkaman takdir bahwa aku harus terbaring disini. Ya
robbi, ampuni aku...ya robbi kasihani aku...ya robb beri aku
kesempatan menikmati dua sujud itu...ya robb...amin..
0 comments
Post a Comment
Mari tinggalkan komentar yang baik dan benar