Ikuti @Dayilmu
7. Karinding: Teknologi pengusir hama dengan gelombang suara
8. Rumah Gadang: Arsitektur Rumah Aman Gempa
10. Pranata Mangsa: Sistem penanggalan musim bukti kepandaian ilmu astronomi nenek moyang kita
Sumber : menjelma.com
Teknologi
Kuno Bangsa Indonesia yang Canggih -
di zaman dahulu kala, para nenek moyang kita sudah menemukan
banyak penemuan yang terbilang canggih. Tetapi sayang sekali banyak
orang Indonesia sendiri tidak menyadarinya. Kali ini
Indonesiatop.blogspot akan menulis beberapa teknologi kuno nenek
moyang Indonesia.
Borobudur
adalah candi yang diperkirakan
mulai dibangun sekitar 824 M oleh
Raja Mataram bernama Samaratungga dari wangsa Syailendra. Borobudur
merupakan bangunan candi yang sangat megah.
Tidak
dapat dibayangkan bagaimana nenek
moyang kita membangun Borobudur yang demikian berat dapat berdiri
kokoh dengan tanpa perlu memakukan ratusan paku bumi untuk
mengokohkan pondasinya, tak terbayangkan pula bagaimana batu-batu
yang membentuk Borobudur itu dibentuk
dan diangkut ke area
pembangunan di atas bukit.
Bahkan
dengan kecanggihan yang ada pada masa kini, sulit membangun sebuah
candi yang mampu menyamai candi Borobudur. Borobudur juga mengadopsi
Konsep Fraktal.
Fraktal adalah bentuk
geometris yang memiliki elemen-elemen yang mirip dengan bentuknya secara
keseluruhan.
Candi borobudur sendiri
adalah stupa raksasa yang di
dalamnya terdiri dari stupa-stupa lain yang lebih kecil. Terus hingga
ketidakberhinggaan. Sungguh mengagumkan nenek moyang kita sudah
memiliki pengetahuan seperti itu. Bangunan Candi Borobudur
benar-benar bangunan yang luar biasa.
2.
Kapal Jung Jawa: Teknologi kapal raksasa
Jauh
sebelum Cheng Ho dan Columbus, para penjelajah laut Nusantara sudah
melintasi sepertiga bola dunia. Meskipun sejak 500 tahun sebelum Masehi
orang-orang China sudah mengembangkan beragam jenis kapal dalam
berbagai ukuran, hingga abad VII kecil sekali peran kapal China dalam
pelayaran laut lepas.
Dalam catatan perjalanan
keagamaan I-Tsing (671-695 M) dari Kanton ke Perguruan Nalanda di India Selatan disebutkan bahwa ia menggunakan
kapal Sriwijaya, negeri yang ketika itu menguasai lalu lintas
pelayaran di ”Laut Selatan”.
Pelaut
Portugis yang menjelajahi samudera pada pertengahan abad ke-16 diego de Couto dalam buku Da Asia,
terbit tahun 1645 menyebutkan, orang Jawa lebih dulu berlayar sampai
ke Tanjung Harapan, Afrika, dan Madagaskar.
Ia
mendapati penduduk Tanjung Harapan awal abad ke-16 berkulit cokelat
seperti orang Jawa. 'Mereka mengaku keturunan Jawa,' kata Couto,
sebagaimana dikutip Anthony Reid
dalam buku Sejarah Modern Awal Asia Tenggara.
Berdasarkan
relief kapal di Candi Borobudur
membuktikan bahwa sejak dulu nenek moyang kita telah menguasai
teknik pembuatan kapal. Kapal Borobudur telah memainkan peran utama
dalam segala hal dalam bahasa Jawa pelayaran, selama ratusan ratus
tahun sebelum abad ke-13.
Memasuki abad ke-8 awal,
kapal Borobudur digeser oleh Jung
besar Jawa, dengan tiga atau empat layar sebagai Jung. Kata 'Jung' digunakan pertama kali dalam
perjalanan biksu Odrico jurnal, Jonhan de Marignolli, dan Ibn Battuta
berlayar ke Nusantara, awal abad ke-14.
Mereka
memuji kehebatan kapal Jawa raksasa sebagai penguasa laut Asia
Tenggara. Teknologi pembuatan Jung tak jauh berbeda dari karya kapal
Borobudur; seluruh badan kapal dibangun
tanpa menggunakan paku.
Disebutkan, jung Nusantara
memiliki empat tiang layar, terbuat dari papan berlapis empat serta
mampu menahan tembakan meriam kapal-kapal Portugis.
Bobot
jung rata-rata sekitar 600 ton, melebihi kapal perang Portugis. Jung
terbesar dari Kerajaan Demak bobotnya mencapai 1.000 ton yang digunakan sebagai pengangkut
pasukan Nusantara untuk menyerang armada Portugis di Malaka pada 1513. Bisa dikatakan, kapal jung Nusantara ini
disandingkan dengan kapal induk di era modern sekarang ini.
3.
Keris: kecanggihan teknologi penempaan logam
Teknologi
logam sudah lama berkembang sejak awal masehi di nusantara. Para empu sudah
mengenal berbagai kualitas kekerasan logam. Keris memiliki teknologi
penempaan besi yang luar biasa untuk ukuran masyarakat di masa lampau.
Keris dibuat dengan teknik penempaan,
bukan dicor. Teknik penempaan disertai pelipatan berguna untuk
mencari kemurniaan besi, yang mana pada waktu itu bahan-bahan besi
masih komposit dengan materi-materi alam lainnya.
Keris
yang mulanya dari lembaran besi yang
dilipat-lipat hingga kadang sampai ribuan kali lipatan sepertinya
akan tetap senilai dengan prosesnya yang unik, menarik dan sulit.
Perkembangan teknologi tempa tersebut mampu menciptakan satu teknik
tempa Tosan Aji ( Tosan = besi, Aji = berharga).
Pemilihan
akan batu meteorit yang mengandung unsur titanium sebagai bahan
keris, juga merupakan penemuan nenek moyang kita yang mengagumkan.
Titanium lebih dikenal sebagai
bahan terbaik untuk membuat keris karena sifatnya ringan namun sangat
kuat.
Kesulitan dalam membuat
keris dari bahan titanium adalah titik leburnya yang mencapai 60 ribu
derajat celcius, jauh dari titik lebur besi, baja atau nikel yang
berkisar 10 ribu derajat celcius.
Titanium
ternyata memiliki banyak keunggulan
dibandingkan jenis unsur logam lainnya. Unsur titanium itu keras,
kuat, ringan, tahan panas, dan juga tahan karat.
Unsur
logam titanium baru ditemukan
sebagai unsur logam mandiri pada sekitar tahun 1940, dan logam yang
kekerasannya melebihi baja namun jauh lebih ringan dari besi. Dalam
peradaban modern sekarang, titanium
dimanfaatkan orang untuk membuat pelapis hidung pesawat angkasa
luar, serta ujung roket dan peluru kendali antar benua.
4.
Benteng Keraton Buton: Arsitektur bangunan untuk pertahanan
Di
Buton, Sulawesi Tenggara ada Benteng yang dibangun di atas bukit seluas kurang lebih
20,7 hektar. Benteng yang merupakan bekas ibukota Kesultanan Buton
ini memiliki bentuk arsitek yang cukup unik, terbuat dari batu kapur.
Benteng
yang berbentuk lingkaran ini memiliki panjang keliling 2.740 meter.
Benteng ini memiliki 12 pintu gerbang dan 16 pos jaga / kubu pertahanan
(bastion) yang dalam bahasa setempat
disebut baluara.
Tiap pintu gerbang (lawa)
dan baluara dikawal 4-6 meriam.
Jumlah meriam seluruhnya 52 buah. Pada pojok kanan sebelah selatan
terdapat godana-oba (gudang mesiu) dan gudang peluru di sebelah kiri.
Letaknya
pada puncak bukit yang cukup tinggi dengan lereng yang cukup terjal
memungkinkan tempat ini sebagai tempat pertahanan terbaik di zamannya. Benteng ini
menunjukkan betapa hebatnya ahli bangunan nenek moyang kita dalam
membuat teknologi bangunan untuk pertahanan.
5. Si
Gale gale: Teknologi Robot tradisional Nusantara
Orang
Toba Batak Sumatra utara pada zaman dahulu sudah bisa membuat robot
tradisional yang dikenal dengan
sebutan si gale-gale. Boneka ini menguasai sistem kompleks tali yang dibuat sedemikian rupa. Melalui
tali yang ditarik ulur inilah
boneka itu dapat membungkuk dan menggerakan “tangannya” sebagai mana
layaknya orang menari.
Menurut cerita, Seorang Raja
dari Suku Karo di Samosir membuat
patung dari kayu untuk mengenang anak satu-satunya yang meninggal
dunia. Patung kayu tersebut dapat menari-nari yang digerakkan oleh beberapa orang.
Sigale - gale dimainkan dengan
iringan musik tradisional khas Batak.
Boneka
yang tingginya mencapai satu setengah meter tersebut diberi kostum tradisional Batak.
Bahkan semua gerak-geriknya yang muncul selama pertunjukan
menciptakan kesan-kesan dari contoh model manusia.
Kepalanya
bisa diputar ke samping kanan
dan kiri, mata dan lidahnya dapat bergerak, kedua tangan bergerak
seperti tangan-tangan manusia yang menari serta dapat menurunkan
badannya lebih rendah seperti jongkok waktu menari.
Si
gale-gale merupakan bukti bahwa nenek moyang kita sudah dapat membuat
boneka mekanikal atau robot walau dalam bentuk yang sederhana. Robot
tersebut diciptakan untuk dapat
meniru gerakan manusia.
6. Pengindelan Danau
Tasikardi, Banten : Kecanggihan Teknologi Penjernihan Air
Nenek
moyang kita ternyata sudah mengembangkan teknologi penyaringan air
bersih. Sekitar abad ke16-17 Kesultanan Banten telah membangun Bangunan
penjernih air untuk menyaring air yang berasal dari Waduk Tasikardi
ke Keraton Surosowan.
Proses penjernihannya
tergolong sudah maju. Sebelum masuk ke Surosowan, air yang kotor dan
keruh dari Tasik Ardi disalurkan
dan disaring melalui tiga
bangunan bernama Pengindelan Putih, Abang, dan Emas.
Di tiap
pengindelan ini, air diproses
dengan mengendapkan dan menyaring kotoran. Air selanjutnya mengalir
ke Surosowan lewat serangkaian pipa panjang yang terbuat dari tanah
liat dengan diameter kurang lebih
40 cm.
Terlihat sekali bahwa pada
masa tersebut sudah mampu menguasai teknologi pengolahan air keruh
menjadi air layak pakai.
Danau Tasik Ardi sendiri
merupakan danau buatan. Sebagai situs sejarah, keberadaan danau ini
adalah bukti kegemilangan peradaban Kesultanan Banten pada masa lalu.
Untuk
ukuran saat itu, membuat waduk atau danau buatan untuk mengairi areal
pertanian dan memenuhi kebutuhan pasokan air bagi penduduk merupakan
terobosan yang cemerlang.
7. Karinding: Teknologi pengusir hama dengan gelombang suara
Ternyata
nenek moyang dan leluhur kita mempunyai suatu alat musik tiup
tradisional yang berfungsi sebagai hiburan sekaligus pengusir hama.
Alat
musik dari Sunda ini terbuat dari pelepah kawung atau bambu berukuran
20 x 1 cm yang dipotong menjadi
tiga bagian yaitu bagian jarum tempat keluarnya nada (disebut cecet
ucing atau ekor kucing), pembatas jarum, dan bagian ujung yang disebut panenggeul (pemukul).
Jika
bagian panenggeul dipukul, maka
bagian jarum akan bergetar dan ketika dirapatkan ke rongga mulut, maka
akan menghasilkan bunyi yang khas.
Alat ini
bukan cuma untuk menghibur tapi juga ternyata berfungsi mengusir
hama di kebun atau di ladang pertanian. Suara yang dihasilkan oleh karinding
ternyata menghasilkan gelombang low decibel yang menyakitkan hama
sehingga mereka menjauhi ladang pertanian.
Frekuensi
suara yang dikeluarkan oleh
alat musik tersebut menyakitkan bagi hama tersebut, atau bisa dikatakan frekuensi suaranya
melebihi dari rentang frekuensi suara hama tersebut, sehingga hama
tersebut akan panik dan terganggu konsentrasinya.
Kecanggihan
Karinding sebagai bukti bahwa nenek moyang kita sejak dulu sudah
mampu menciptakan alat yang menghasilkan gelombang suara. Ini adalah
alat mengusir hama yang aman bagi lingkungan. dibutuhkan perhitungan yang
teliti untuk menciptakan alat musik seperti itu.
8. Rumah Gadang: Arsitektur Rumah Aman Gempa
Para
nenek moyang orang Minang ternyata berpikiran futuristik alias jauh
maju melampaui zamannya dalam membangun rumah. Konstruksi rumah gadang
ternyata telah dirancang untuk
menahan gempuran gempa bumi.
Rumah
gadang di Sumatera Barat
membuktikan ketangguhan rekayasa konstruksi yang memiliki daya lentur
dan soliditas saat terjadi guncangan gempa hingga berkekuatan di atas 8 skala richter.
Bentuk
rumah gadang membuat Rumah Gadang tetap stabil menerima guncangan dari
bumi. Getaran yang datang dari tanah terhadap bangunan terdistribusi
ke semua bangunan.
Rumah gadang tidak
menggunakan paku sebagai pengikat, tetapi berupa pasak sebagai
sambungan membuat bangunan memiliki sifat sangat lentur.
Selain
itu kaki atau tiang bangunan bagian bawah tidak pernah menyentuh bumi
atau tanah. Tapak tiang dialas
dengan batu sandi.
Batu ini berfungsi sebagai
peredam getaran gelombang dari tanah, sehingga tidak mempengaruhi
bangunan di atasnya. Kalau ada
getaran gempa bumi, Rumah Gadang hanya akan berayun atau bergoyang
mengikuti gelombang yang ditimbulkan
getaran tersebut
Darmansyah, ahli konstruksi
dari Lembaga Penanggulangan Bencana Alam, Sumatera Barat menyebutkan,
dari sisi ilmu konstruksi bangunan rumah gadang jauh lebih maju
setidaknya 300 tahun dibanding
konstruksi yang ada di dunia
pada zamannya.
9.
Tempe: Pemanfaatan bioteknologi untuk makanan
Tempe
merupakan hasil bioteknologi sederhana khas Indonesia. Nenek moyang
bangsa Indonesia telah menggunakan Rhizopus untuk membuat tempe dari
kedelai. Semua ini adalah penggunaan mikroba atau mikroorganisme pada
tingkat sel untuk tujuan pangan.
Sebenarnya
mengolah kedelai dengan ragi juga
dilakukan di negara lain
seperti China, Jepang, India, dll. Tetapi yang menggunakan Rhizopus
hanya di Indonesia saja. Jadi
kemampuan membuat tempe kedelai adalah penemuan orang Indonesia.
Tempe
sudah dikenal sejak berabad-abad
lalu di Nusantara. Dalam bab 3
dan bab 12 manuskrip Serat Centhini dengan seting Jawa abad ke-16
telah ditemukan kata 'tempe'.
Kini,
tempe sudah merambah manca negara, tidak saja karena rasa dan
aromanya, namun juga karena kandungan gizinya. Penemuan tempe adalah
sumbangan nenek moyang kita pada seni masak dunia.
10. Pranata Mangsa: Sistem penanggalan musim bukti kepandaian ilmu astronomi nenek moyang kita
Seperti
kebudayaan-kebudayaan lain di
dunia, masyarakat asli Indonesia sudah sejak lama menaruh perhatian
pada langit. Pengamatan langit digunakan
dalam pertanian dan pelayaran.
Dalam
masyarakat Jawa dikenal
pranatamangsa, yaitu peramalan musim berdasarkan gejala-gejala alam,
dan umumnya berhubungan dengan tata letak bintang di langit.
Menurut
Daldjoeni di bukunya 'Penanggalan
Pertanian Jawa Pranata Mangsa', Pranata Mangsa tergolong penemuan
brilian. Kompleksitasnya tak kalah bobot dari sistem penanggalan yang ditemukan bangsa Mesir Kuno,
China, Maya, dan Burma. Lebih-lebih jika dibandingkan dengan model Farming
Almanac ala Amerika, Pranata Mangsa jauh lebih maju.
Meskipun
teknologi sudah semakin canggih seperti sekarang ini, penerapan
perhitungan pranata mangsa masih relevan. Hal itu dikarenakan nenek moyang kita
dulu mempelajari gejala-gejala alam seperti musim hujan/kemarau,
musim tanaman berbunga/berbuah, posisi rasi bintang, pengaruh bulan
purnama, dan sebagainya. Dengan mempelajari gejala-gejala alam
tersebut nenek moyang kita dapat lebih menghargai kelestarian alam.
Sebenarnya
masih banyak teknologi-teknologi yang
digunakan nenek moyang kita yang tidak dituliskan disini.
Dari
penemuan-penemuan itu sebenarnya sejak dulu bangsa Indonesia sudah
mampu menguasai teknologi canggih di
zamannya maka tidak pantas lah bila kita menyombongkan diri sebagai generasi sekarang bila
kita tidak menghargai dan mengapresiasi leluhur kita.
Nenek
moyang kita telah berhasil membangun candi-candi yang sangat indah
arsitekturnya dan bertahan ratusan tahun.
Nenek
moyang kita juga membangun armada laut yang telah mengarungi samudra
luas.
Nenek moyang kita juga telah
menemukan benda-benda yang tebilang sederhana tapi banyak manfaatnya.
Itu
semua bukti bahwa nenek moyang kita sangat cerdas. Penjajahlah yang
telah membuat kita lemah dan kurang percaya diri. Karena itu, setelah menjadi
bangsa yang merdeka kita harus dapat bangkit kembali untuk
mensejajarkan diri dengan bangsa
lain yang telah maju.
0 comments
Post a Comment
Mari tinggalkan komentar yang baik dan benar